17/06/2025

Dampak Kebijakan Tarif Impor Baru Amerika Serikat Terhadap Industri Karet Alam Indonesia

0

Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah mengumumkan penetapan tarif impor baru yaitu tarif resiprokal yang berkisar antara 10-39%. Kebijakan ini merupakan politik perang dagang terhadap kebijakan tarif impor yang diberlakukan oleh negara lain yang dianggap selama ini telah merugikan Amerika Serikat. Tarif resiprokal Trump berdampak pada negara-negara yang mengekspor produk ke Amerika Serikat, tidak terkecuali negara Indonesia. Untuk Indonesia, Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah mengumumkan penetapan kebijakan tarif resiprokal sebesar 32% pada tanggal 2 April 2025.

Komoditas karet alam termasuk dalam salah satu komoditas yang akan terkena dampak pemberlakuan tarif ini. Data ekspor karet alam selama periode 2018-2024, menuunjukkan bahwa negara Amerika Serikat menjadi negara tujuan utama ekspor karet Indonesia. Pada tahun 2024, volume ekspor karet nasional ke Amerika Serikat sebesar 370.700 ton dengan nilai ekspor mencapai USD 673,1 juta, sehingga ekspor karet ke Amerika Serikat mencapai 22% dari total ekspor karet Indonesia (Dewan Karet Indonesia, 2025). Data tersebut menunjukkan adanya ketergantungan ekspor karet Indonesia yang cukup tinggi kepada pasar Amerika Serikat. Sementara di sisi lain, negara Amerika Serikat merupakan negara terbesar kedua di dunia sebagai pengimpor karet alam setelah negara China dikarenakan Amerika Serikat merupakan negara produsen ban terbesar ketiga di dunia. Sementara, untuk memenuhi kebutuhan karet alam bagi industry ban, Amerika Serikat tidak bisa menaman tanaman karet dikarenakan iklim yang tidak sesuai. Oleh karena itu, negara ini pun sangat bergantung terhadap impor karet alam dari negara lain.

Penelitian terdahulu menyatakan bahwa dalam perdagangan karet alam ke Amerika Serikat, Indonesia memiliki struktur pasar yang oligopoly. Saat ini, Indonesia mendominasi ekspor karet alam ke Amerika Serikat, diikuti oleh negara Thailand, Malaysia, Vietnam dan Pantai Gading. Meskipun demikian, karet alam Indonesia di pasar Amerika Serikat tidak selalu memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif dibandingkan dengan negara-negara eksportir lainnya. Fluktuasi yang terjadi dalam tingkat daya saing ekspor karet Indonesia ke Amerika Serikat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain rendahnya kualitas dan kuantitas produksi karet alam nasional, serta pemberlakuan kebijakan tarif (Simbolon, dkk., 2024; Jenifirza, dkk., 2024; Meliany, dkk., 2021).

Dampak penerapan tarif impor baru akan menyebabkan harga produk karet alam Indonesia menjadi lebih mahal di pasar Amerika Serikat. Mahalnya harga menyebabkan turunnya daya saing karet alam Indonesia di pasar Amerika Serikat dikarenakan kalah bersaing dengan karet alam dari negara lain. Konsumen di Amerika Serikat akan cenderung membeli karet alam dari negara produsen lain yang dikenakan tarif resiprokal yang lebih rendah seperti Pantai Gading (21%), Malaysia (24%) dan India (27%). Rendahnya pembelian karet alam Indonesia di pasar Amerika Serikat akan berdampak pada penurunan volume penjualan karet alam Indonesia yang selanjutnya akan menurunkan harga.

Penurunan harga karet di tingkat pekebun akan menurunkan kesejahteraan pekebun yang pada gilirannya akan memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap kinerja industri karet alam nasional. Rendahnya harga karet dan kesejahteraan pekebun membuat pekebun kehilangan gairah untuk menjalankan bisnis karet alam. Seperti yang pernah terjadi sebelumnya, banyak petani meninggalkan kebun karet untuk mencari pekerjaan lain yang lebih menguntungkan sehingga menyebabkan banyaknya lahan karet yang terlantar dan tidak disadap, dan bahkan akan lebih banyak lagi tanaman karet yang dikonversi ke tanaman lain. Pada akhinya kondisi ini menyebabkan produksi karet nasional akan menurun. Efek domino dari penurunan produksi karet alam nasional akan berdampak ke sektor industri pengolahan karet yang selama ini sudah mengalami kelesuan akibat kurangnya pasokan bahan baku. Kelangkaan bahan baku akan semakin akut dan menyebabkan tingginya biaya pengolahan karet yang akan mendorong banyaknya pabrik pengolahan karet menutup usahanya sehingga membuat banyak tenaga kerja kehilangan lapangan pekerjaan. Secara agregat, kondisi ini akan mengakibatkan turunnya volume ekspor karet alam nasional dan turunnya devisa bagi negara.

Berdasarkan hal tersebut, langkah-langkah strategis yang perlu segera diambil agar ekspor karet nasional masih tetap bertahan di pasar global adalah sebagai berikut:

  1. Memperkuat ekspor karet ke negara konsumen lainnya.

Negara-negara yang menjadi tujuan utama ekspor Indonesia terbesar lainnya seperti Jepang (20%), China (12%), India (8%), Korea (6%) dan Brazil (3%) masih sangat potensial. Indonesia bisa meningkatkan ekspor karet alam ke negara-negara tersebut dengan cara memperkuat jaringan kerjasama perdagangan lebih lanjut.

  1. Mengisi pasar yang ditinggalkan negara produsen lain di Amerika Serikat akibat penetapan tarif impor yang lebih tinggi dibandingkan Indonesia.

Tarif resiprokal untuk negara pengekspor karet lainnya seperti Thailand (36%), Vietnam (46%) dan Kamboja (49%) lebih tinggi dibandingkan tarif resiprokal untuk Indonesia. Dengan demikian, harga karet alam dari negara-negara tersebut akan lebih mahal dibandingkan harga karet alam Indonesia di pasar Amerika serikat. Melalui strategi dagang yang tepat, Indonesia dapat mengisi peluang sebagai pemasok karet alternatif yang lebih murah di pasar tersebut.

  1. Meningkatkan daya saing karet alam Indonesia di pasar ekspor global.

Industri karet Indonesia  perlu menghasilkan produk karet yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif dengan cara meningkatkan fasilitas produksi pertanian untuk meningkatkan produksi dan produktivitas karet alam nasional serta meningkatkan kualitas produk yang sesuai dengan standar mutu internasional dan memiliki biaya yang lebih efisien agar tetap berkelanjutan di pasar ekspor global.

  1. Mengurangi ketergantungan industri karet nasional terhadap ekspor karet mentah. Peningkatan serapan karet alam dalam negeri dapat dilakukan melalui pembangunan industri hilir karet domestic. Industri hilir karet dalam negeri dinilai masih banyak tergantung pada komponen impor, yang memperlemah daya saing, sehingga perlu dibangun industri pendukung yang kuat. Selanjutnya, pengembangan produk karet hilir di luar ban perlu didorong terus untuk mengurangi ketergantungan yang sangat rentan terhadap industri ban global yang saat ini mengkonsumsi karet antara 70-76%. Produk barang jadi karet yang banyak menyerap karet alam antara lain aspal karet, dan bantalan jembatan. Diperlukan dukungan secara konsisten oleh semua pemangku kepentingan industri karet nasional dalam hal penerapan kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dari setiap produk barang karet serta mengutamakan penggunaan produk barang jadi karet dalam negeri dalam setiap sector.
  2. Melakukan upaya-upaya diplomasi ekonomi guna meraih kesepakatan dalam penetapan tarif perdagangan yang adil bagi kedua negara Indonesia dan Amerika Serikat.

Sumber: Policy Brief: Dampak Kebijakan Tarif Impor Baru Amerika Serikat Terhadap Industri Karet Alam Indonesia, oleh: Lina Fatayati Syarifa, Peneliti Sosial Ekonomi Pusat Penelitian Karet

rubber note mei 2025 1
rubber note mei 2025 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *